Posted by : Unknown
Kamis, 08 Desember 2011
"Ia berperangai tenang sejak kecilnya. Tidak pernah merana dan senang bermain bersama-sama teman-teman kecilnya. Ia juga santun, mencintai alam dan burung-burungnya."
Ini kata-kata ibunya. Putrinya menambahkan, "Ayah sangat romatis karena ia cinta kepada alam dan menyukai seni lukis serta senang dengan burung dan mendengarkan suaranya."
Suatu hari, ia tahu ada galian terowongan yang banyak di bawah Masjid Al-Aqsha yang dilakukan oleh zionis Israel, ketika itu hatinya yang cinta kepada tempat-tempat suci terutama Masjid Al-Aqsha dan saat itulah ia melaunching janji setia "era para pemberani, orang mulia, bahkan era syuhada yang hidup". Ia mengatakan, "Aku berjanji setia dalam diriku setelah aku berjanji setia kepada Allah untuk menyedekahkan umurku, waktuku, dan semua yang saya miliki untuk Al-Quds Asy-Syarif dan Masjid Al-Aqsha."
Siapa Raed Shalah
Raed Shalah yang dikenal dengan "Syaikul Al-Aqsha" dilahirkan di desa Al-Lajun dekat kota Ummu Fahm, Palestina terjajah (yang dikuasai Israel) sebelah utara pada tahun 1958. Sebuah desa yang diwarisi dari generasi ke generasi namun mereka diusir Israel pada tahun 1948 pasca perang berdarah dengan zionis Israel. Zionis Israel membumihanguskan semua rumah di sana dan menguasai tanahnya sehingga warganya pergi meninggalkannya dan mengungsi ke Umm Al-Fahm dengan harapan mereka akan kembali ke desa mereka suatu hari.
Lama Syekh Raed Shalah tinggal di kota Umm Al-Fahm. Ia berkepribadian tenang, dicintai teman-temannya karena santuan dan berbudi luhur. Ia adalah ayah delapan anak. Ia memiliki akar keluarga besar di Palestina yang dikenal dengan "Abu Syaqrah" salah satu keluarga yang bertahan di desanya dan mafia zionis Israel tidak berhasil mengusir mereka. Ia menempuh pendidikan di Umm Al-Fahm dan kuliah di fakultas Syariah Islam di Universitas Hebron di Palestina. Sejak awal aktifitasnya sudah diawali dengan aksi pembelaan terhadap hak-hak Palestina dan tempat suci di sana. Ia menganut pemikiran-pemikiran gerakan Islam internasional "Jamaah Ikhwanul Muslimin" dan aktif di medan dakwah di wilayah "zona hijau" sejak di SMU. Ia termasuk pendiri gerakan Islam di wilayah jajahan Israel di awal tahun 70an dan menjadi salah satu tokoh besarnya.
Aktivitas Politik dan Dakwah
Syekh Raed Shalah mencalonkan diri dalam pemilu daerah di Umm Al-Fahm (kota terbesar di wilayah Palestina yang dikuasai Israel) dan berhasil mengepalainya selama tiga periode, periode pertama pada tahun 1989.
Syekh Raed Shalah memprioritaskan kepeduliannya yang besar terhadap tempat suci Islam; masjid-masjid dan makam Islam karena musuh zionis Israel sengaja melakukan pelanggaran terhadapnya dan berusaha mengubahnya untuk dijadikan bangunan lain dan mengusir warganya dari sana. Ia terpilih menjadi ketua Lembaga Penjagaan Tempat Suci Islam "Al-Aqsha" yang memiliki peran penting dalam membela masjid-masjid di seluruh wilayah Palestina dan berhasil mengungkap usaha musuh zionis Israel berkali-kali untuk menggali terowongan di bawah masjid Al-Aqsha.
Aktivitasnya memakmurmkan Masjid Al-Aqsha dan tempat suci Islam lainnya mulai membesar sejak tahun 1996 dan mampu menggagalkan rencana-rencana yang bertujuan mengosongkan masjid suci itu dari pemakmuran yang dilakukan umat Islam. Cara yang ditempuh Raed Shalah dalam hal ini adalah mendatangkan ribuan warga Arab di Palestina Dalam untuk shalat dan berjaga di Masjid Al-Aqsha melalui Aksi Al-Bayarik.
Raed Shalah berperan dalam membuat Badan Pengepul Bantuan Anak-anak "Al-Aqsha" yang bertugas menjaga dan memaintens sekitar 16 ribu anak-anak dan mengorganisir perlombaan internasional "Baitul Maqdis dalam Bahaya" yang aktivitas dikerjakan setiap tahun di bulan Ramadhan yang diikuti oleh peserta dewasa dan anak-anak dari seluruh dunia. Selain itu juga ada perlombaan ilmiyah Al-Aqsha.
Karangan-karangan Syekh Raed Shalah
Beperan dalam menerbiatkan sejumlah film documenter dan buku-buku tentang Masjid Al-Aqsha, di antaranya:
- Film documenter "Al-Murabitun" (yang berjaga di masjid Al-Aqsha)
- Buku "Alfabet jalan menuju Al-Aqsha"
- Film documenter "Al-Aqsha di bawah Blokade"
- Kini sedang menyelesaikan buku "Sikap-sikap Mulia" "Memoar dalam Penjara"
- Beliau juga memiliki enam puisi tentang Al-Aqsha.
Aktivitasnya mengorganisir Sunduq Al-Aqsha tahun 2002 membuat Israel geram. Semangat perjuangan Syekh Raed Shalah dan kepribadiannya membangkitkan pengaruh besar dalam islamnya seorang aktivits perdamaian dari Israel Taali Faheema.
Capaian Syekh Al-Aqsha
Renovasi Mushala Marwani: Mushala ini adalah bagian tempat shalat di Masjid Al-Aqsha yang dibangun di masa Umaiyah. Ia digunakan pada saat tertentu ketika masjid Al-Aqsha penuh sesak. Ia berada di sebelah barat daya bawah tanah yang luasnya 4 acre. Mushala ini mengalami retak-retak dan longsong yang parah, terutama di bagian tiangnya akibat penggalian yang dilakukan Israel di bawahnya. Israel juga menghalangi dinas wakaf Islam melakukan renovasi.
Di awal tahun 1990an Syekh meresmikan reformasi dan renovasi mushala Marwani dan membuat pintu gerbang besar, meneranginya dengan lampu, membuat toilet, membuat majlis-majlis terutama majlis Selasa yang kini dihadiri oleh 5 ribu muslim setiap pekan di masjid Al-Aqsha.
Syekh mengumpulkan bantuan untuk proyek ini. Israel marah dan menyebarkan isu di media-media mereka bahwa umat Islam membuat masjid rahasia di bawah masjid Al-Aqsha dan meminta agar mengeluarkan perintah pengadilan agar menghentikan renovasi yang dilakukan. Namun Syekh terus melakukan renovasi karena pekerjaan itu adalah justru menjaga masjid Al-Aqsha yang terancam rubuh karena penggalian Israel di bawahnya.
Namun Israel mengancam akan menghentikan saluran air ke masjid Al-Aqsha, dan ancaman dilakukan benar-benar. Israel menghalangi truk-truk besar yang membawa bahan bangunan untuk renovasi Mushala Marwani. Namun Lembaga Al-Aqsha tetap berhasil menyelesaikan pekerjaan terbesar dan meresmikannya pada Desember 1999.
Namun Israel kembali mengalanginya setelah diresmikan. Mushala itu dihubungkan dengan terowongan di bawah tanah dan didirikan sinagog yahudi di dalam masjid sehingga memancing kemarahan gerkan Islam. Mereka bertekad membangun dan merenovasi Mushala Marwani tersebut. Israel berusaha mengalanginya. Ehud Olmert yang kala itu menjadi wali kota Jerusalem mengeluarkan perintah menghentikan renovasi. Namun warga Palestina menolak sebab renovasi itu berada di area Masjid Al-Aqsha milik mereka.
Ketika Badan Wakaf membuka gerbang darurat di Mushala Marwani akhir tahun 99, kelompok yahudi mengancam akan menggelar demo besar untuk menutup gerbang itu atau mushala itu sendiri.
Apa kata Syekh Raed Shalah?
"Kami yakin bahwa pada akhirnya kemenangan akan diberikan kepada orang bertakwa. Dalam waktu dekat kita yakin di Al-Quds akan memperingati akhir penjajahan musuh zionis Israel terhadap Al-Quds dan masjid Al-Aqsha."
"Lampu minyak akan habis, namun kita akan menyalakan lampu dengan darah sebab jika kita nyalakan dengan darah dia tidak akan mati."
"Aku berjanji setia dalam diriku setelah aku berjanji setia kepada Allah untuk menyedekahkan umurku, waktuku, dan semua yang saya miliki untuk Al-Quds Asy-Syarif dan Masjid Al-Aqsha."
"Saya heran, tetap heran sampai sekarang, dan saya bertanya-tanya kepada dunia Islam dan Arab yang memiliki berbagai macam bargaining, kenapa mereka tidak gunakan sampai sekarang? Tapi saya tidak menemukan jawaban."
"Selama Al-Quds dalam bahaya, kita tidak akan tidur, selama Al-Aqsha dalam bahaya kita tidak akan tidur. Bagaimana orang bisa tidur sementara dia memiliki waktu pasti untuk merayakan hari raya dengan Allah, janji yang pasti?"
"Kita akan tetap ada, selama zaitun dan zaktar ada."
"Jika mereka memberikan pilihan kepada kami antara mati syahid di halaman Al-Quds, Al-Aqsha, atau menyerahkan Al-Aqsha, maka selamat datang kematian di halaman dan perkampungan Al-Quds dan Al-Aqsha."
"Umat Islam dan Arab belum beranjak kepada peristiwa nyata (masih sekedar bicara), namun mereka memiliki bargaining besar dan banyak yang bisa digunakan untuk menekan Israel."
Momen-momen Bersejarah Biografi Raed Shalah
Ucapan terkenalnya di Freedom Flotilla, "Majulah wahai warga kami dengan bergelombang dengan air mata kalian, berfikirlah kepada tempat suci Al-Quds kita, sejarah, hari-hari dan kejayaanya. Majulah dengan gelombang air mata kalian ke masjid Al-Aqsha yang kini sendirian. Ucapkan berkali-kali dengan keras tanpa rasa takut, ""Selama Al-Quds dalam bahaya, kita tidak akan tidur, selama Al-Aqsha dalam bahaya kita tidak akan tidur. Bagaimana orang bisa tidur sementara dia memiliki waktu pasti untuk merayakan hari raya dengan Allah, janji yang pasti?"
31 Mei 2010
Syekh Raed Shalah ikut dalam armada bantuan Freedom Flotilla menembus blokade Gaza dimana armada ini mengalami pembajakan Israel di perairan internasional dari kapal perang Israel. Lebih dari 16 relawan dibunuh. Lebih dari 38 relawan terluka. Ia ditangkap – setelah berusaha dibunuh – setelah digiring kapal itu ke pelabuhan Asdod pada 1 Juni 2010. Pengadilannya ditunda selama sepekan.
Penangkapan dan Penahannya di penjara Israel
Kata-katanya di penjara menunjukkan kesabarannyayang tinggi dalam memegang teguh prinsipnya membela tempat suci Islam. Ia mengatakan, "Kami masuk penjara dengan senang karena sedang menyendiri (khulwah) bersama Allah, siang hari puasa dan malam hari shalat malam. Kami masuk penjara menuju detik-detik kebersihan jiwa, seruan dan doa."
Tahun 1981: Penangkapan pertama Syekh Raed Shalah setelah lulusnya dari fakultas Syariah karena tudingan perlawanan terhadap penjajah musuh zionis Israel. Ia dipaksa Israel untuk bekerja di luar lembaga pendidikan di tempat kelahirannya.
Setelah penggerebekan ke Masjid Al-Aqsha oleh Israel yang menjadi penyebab kemarahan warga Palestina dan meletusnya Intifadhah II, aksi resmi dan tidak resmi Israel berusaha menangkap Syekh Raed Shalah terus dilakukan. Ia dituding melakukan tindakan terorisme berkali-kali, mengancam keamanan Israel, diintrogasi secara kejam oleh polisi Israel, dilarang bepergian ke luar negeri, dilarang masuk lembaga akademi dan dilarang memberikan ceramah.
Tahun 2002
Israel membredel Koran Sautul Haq wal Hurriyah yang dirintis oleh Syekh Raed Shalah yang merupakan jubir gerakan Islamnya sebab mengungkap pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap tempat suci Islam di Palestina.
Tahun 2003
Syekh Raed Shalah ditangkap oleh aksi yang ditangani oleh lebih dari 1000 polisi dari satuan khusus. Bahkan badan Shabak dan menteri keamanan dalam negeri serta tokoh Israel lainnya ikut dalam penangkapan ini. Ia ditahan hingga tahun 2005. Pengadilannya dilansir oleh media-media regional dan internasional sat itu. Syekh ingin menjelaskan bahwa yang diadili Israel sesungguhnya adalah nilai-nilai Islam, Al-Quran, dan penghilangan tempat suci Islam di Palestina.
Tahun 2009
Dipenjara selama 9 bulan dengan tudingan provokasi. Mahkamah Israel membebankan denda besar kepada Syekh Shalah kepada seorang personel polisi. "Instansi penjajah Israel memberikan pilihan kepada kami untuk dipenjara atau turun dari hak kami membela Al-Aqsha, maka selamat datang penjara." Tegasnya saat itu.
Tahun 2010
Di penjara selama lima bulan akibat peristiwa awal tahun 2008 di penjara Ramleh hingga dibebaskan pada 12 Desember 2010 dan tinggal di luar penjara beberapa saat.
Tahun 2011
Israel menangkapnya pada 22 Februari 2011 karena berada di perkemahan "bertahan" di kampung Bustan Silwan tengah kota Al-Quds. Setelah ditawan, ia dibebaskan pada 20 Maret 2011 dan bisa melakukan akivitasnya seperti biasa.
Juli 2011
Atas desakan lobi Yahudi, Inggris menangkap Syekh Raed Shalah di negeri bekas penjajah Palestina itu ketika menghadiri Hari Palestina di sana.
Dengan berbagai liku-liku perjuangan, Syekh Raed Shalah tetap menengadahkan kepala dan seruannya tetap jujur "Al-AQSHA DALAM BAHAYA" barangkali ada sedetik waktu umat dan elitnya ini mau tersentuh.
Semua penghormatan, doa dan keteguhan semoga menyertaimu wahai Syaikul Al-Aqsha. (pusatinformasipalestina/dw)
Semua penghormatan, doa dan keteguhan semoga menyertaimu wahai Syaikul Al-Aqsha. (pusatinformasipalestina/dw)