paling populer

posting populer

Posted by : Unknown Minggu, 18 Desember 2011

Depok, SSP SEBI - Syeikh Ahmad Yasin yang digelari sebagai 'Amir Syuhada' dilahirkan di Desa Jaurah pinggiran kota Al-Majdal (20 km utara Gaza) tahun 1936. Ayahnya meninggal dunia saat beliau belum genap usia tiga tahun.

Syeikh Yasin, waktu kecil, dijuluki dengan nama Ahmad Sa'dah, dinisbatkan kepada ibunya bernama nyonya Sa'dah Abdullah Al-Hubael. Itu dilakukan untuk membedakan nama Ahmad yang banyak dipakai di keluarga Yasin.

Saat terjadi hari Nakbah (hari nestapa) Palestina tahun 1948 usia Yasin baru 12 tahun. Bersama puluhan ribu warga Palestina lainnya yang diusir oleh para gengster Yahudi, keluarga Yasin pindah ke Gaza.

Beberapa hari menjelang kesyahidannya, Syeikh Yasin mengatakan bahwa beliau mendapatkan pelajaran dari peristiwa Nakbah ini dan setelah itu mempengaruhi gaya pemikiran serta politiknya. Salah satu pelajaran yang ia dapatkan adalah penopang Palestina pada dirinya sendiri dalam mempersenjatai bangsanya adalah sangat berharga dibandingkan dengan berpangku tangan pada bantuan orang lain, baik itu negara-negara Arab tetangga ataupun negara-negara dunia lainnya.

"Pasukan Arab yang datang untuk memerangi Zionis Israel melucuti senjata dari tangan kami dengan alasan tidak boleh ada kekuatan lain selain kekuatan pasukan militer Arab ini. Kemudian alur perjalanan jihad kami mengikuti irama mereka, dan ketika mereka kalah, kamipun ikut kalah. Sehingga para genster Yahudi itu dengan semaunya saja melakukan berbagai aksi pembunuhan dan pembantaian untuk menakut-nakuti warga sipil. Kalaulah senjata-senjata itu berada di tangan kami, tentu berubahlah alur ceritanya," tambah beliau mengenang cerita masa lalu.

Sebelum pindah, Amer Syuhada ini masuk sekolah dasar di SD Al-Jaurah hingga kelas lima hingga datang hari Nakbah yang menenggelamkan masa depan Palestina dan menggelandangi para penduduknya tahun 1948.

Seperti keluarga pengungsi Palestina lainnya, keluarga Yasin merasakan getirnya kemiskinan dan kelaparan. Suatu ketika beliau bersama teman-teman lainnya, pergi ke markas militer Mesir memunguti sisa-sisa makanan yang berlebihan dari pasukan ini untuk bisa memberikan makanan kepada sanak dan keluarganya.

Selama masa 1949-1950, Syeikh Yasin meninggalkan bangku sekolah untuk menopang keluarganya yang terdiri 7 anggota dengan bekerja sebagai salah satu pelayan restoran di Gaza. Lalu beliau melanjutkan kembali sekolahnya.

Pada usia 16 tahun, beliau mendapatkan kecelakaan yang mempengaruhi hidupnya saat itu hingga sekarang. Beliau mengalami patah tulang di bagian lehernya saat bermain bersama dengan teman-temannya tahun 1952.

Untuk menjaga hubungan antara keluarganya dengan keluarga Al-Khatib, Syeikh Yasin tidak memberitahu siapapun, bahkan keluarganya sekalipun, tentang luka yang beliau derita saat berkelahi dengan teman sepermainannya, Abdullah Al-Khatib. Baru tahun 1989, kasus atau peristiwa bisa terungkap, yaitu setelah 45 hari pemasangan perban gips terungkaplah bahwa sisa umurnya bergantung pada kelumpuhan yang beliau derita kala itu.

Disamping kelumpuhan yang beliau derita, Syeikh Yasin juga menderita sejumlah penyakit lain, misal mata kanannya tidak bisa melihat saat terjadi pemukulan ketika beliau mengalami penyelidikan di penjara Israel. Juga menderita rabun mata di bagian kiri, radang akut di bagian telinga, kerawanan pada jantung dan sejumlah penyakit di bagian usus.

Syeikh Yasin menyelesaikan sekolah menengah atasnya pada tahun 1957-1958, dan langsung bisa mendapatkan pekerjaan walaupun, pada awalnya, mengalami kendala-kendala kesehatan. Sebagian besar gajinya, beliau peroleh dari mengajar untuk membantu keluarganya.

Perjalanan Amer Syuhada Dengan Persoalan Palestina

Di usianya yang ke-20, beliau ikut aksi unjuk rasa di Gaza menentang persekutuan segitiga musuh kepada Mesir tahun 1956. Dalam peristiwa ini, beliau menampakkan kepiawiannya dalam bidang orasi dan organisasi. Bersama rekan-rekannya mengajak untuk menolak pengawasan internasional atas Gaza dan mengembalikan pemerintahan Gaza kepada Mesir.

Keahlian orasi Syeikh Yasin mulai terlihat jelas dan bersamaan dengan itu, bintang baru ini melambung di atas langit Gaza bersama para da'i lainnya. Namun hal itu membuat curiga para intel Mesir yang menjadi antek-antek penjajah. Dan pada tahun 1965 beliau ditangkap bersamaan dengan penangkapan besar-besaran yang dilakukan pemerintah Mesir terhadap jama'ah Ikhwanul Muslimin (IM) sejak tahun 1954. Selama hampir sebulan beliau sempat mendekam dalam penjara, namun dilepaskan kembali setelah semua penyelidikan membuktikan tidak ada hubungan antara dirinya dengan jama'ah IM. Masa penahanan ini memiliki kesan tersendiri dalam diri Syeikh Yasin yang beliau ungkapkan dalam sebuah kata-kata:"Saya benci kedzoliman." Bahkan dalam masa-masa tahanan itu beliau menggarisbawahi legalitas suatu kekuasaan didirikan atas dasar keadilan dan keyakinan penuh dirinya bahwa orang itu harus hidup merdeka.

Setelah kekalahan Arab dalam perang tahun 1967, dengan ditandai penjajahan Israel atas tanah-tanah Palestina, termasuk didalamnya Jalur Gaza, Syeikh Yasin masih terus mengumandangkan dari atas mimbar Masjid Al-Abbas di kampung Al-Ramal, Gaza pidato menolak penjajah. Dan pada saat yang sama, beliau aktif dalam menggalang dana dan bantuan bagi para keluarga syahid dan para tahanan Palestina. Setelah itu, beliau bekerja sebagai ketua kelompok Islam di Gaza.

Pemimpin IM di Palestina

Pemikiran Syeikh Ahmad 'Amer Syuhada' Yasin menganut pemikiran jama'ah IM yang didirikan di Mesir oleh Imam Asy Syahid Hasan Al-Banna tahun 1928. Jama'ah IM ini mengajak untuk memahami Islam secara benar dan menyeluruh dalam pelaksanaannya di seluruh aspek kehidupan. Beliau termasuk pemimpin gerakan IM di Palestina.

Syeikh Yasin ditahan oleh pihak penjajah Israel tahun 1982 dengan tuduhan membentuk kelompok militer dan bersenjata dan beliau divonis 13 tahun penjara. Namun beliau dibebaskan kembali tahun 1985 dalam rangkaian pertukaran tawanan antara penjajah Israel dengan Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina 'pimpinan umum'.

Amir Syuhada Tokoh Intifadhah Agung


Setelah meletusnya Intifadhah Agung pada tanggal 8 Desember 1987, Syeikh Yasin bersama sejumlah pimpinan jama'ah IM memutuskan untuk membentuk organisasi Islam memerangi penjajah Israel hingga terbebasnya Palestina yang kemudian mereka sebut dengan nama Gerakan Perlawanan Islam yang disingkat dengan nama HAMAS.

Beliau memiliki peran penting dalam Intifadhah Palestina yang meletus saat itu dan dikenal dengan nama Intifadhah Masjid. Dan sejak saat itu Syeikh Yasin dianggap sebagai pemimpin spiritual bagi gerakan tersebut.

Bersamaan dengan meningkatnya Intifadhah dan kekuatan Hamas yang mampu melaksanakan aksi bersenjata, salah satunya menyandera dua serdadu Israel tahun 1989, beliau ditahan pihak penjajah Palestina pada tanggal 18 Mei 1989 bersama dengan ratusan anggota Hamas lainnya.

Pada tanggal 16 Oktober 1991 salah satu pengadilan militer Israel memvonis Syeikh Yasin seumur hidup ditambah dengan 15 tahun. Salah satu tuduhannya adalah memprovokasi atas penyanderaan, pendirian kelompok Hamas berikut sayap militer dan keamanannya.

Melihat kedudukan Syeikh Yasin di mata anggota-anggotanya yang kharismatik, pada tanggal 13/12/1992, sebuah satuan berani mati dari Brigade Izzuddin Al-Qassam menyandera seorang serdadu Israel. Satuan ini meminta pembebasan seorang serdadu ini dibayar dengan pembebasan Syeikh Yasin dan sejumlah tahanan Palestina lainnya yang terdiri dari orang tua, penderita sakit dan tahanan Arab lainnya yang disandera pihak penjajah Israel dari Lebanon. Namun pihak Israel menolak tawaran itu dan menggrebek tempat penyanderaan serdadu Israel sehingga mengakibatkan serdadu itu tewas berikut komandan satuan penggrebekan sebelum akhirnya semua pejuang satuan Al-Qassam ikut gugur syahid di sebuah rumah di kampung di Bernepala dekat kota Al-Quds (terjajah).

Akan tetapi pihak pemerintah kolonial Israel terpaksa tetap harus membebaskan Syeikh Yasin pada pagi hari Rabu (01/10/1997) atas perjanjian yang dilakukan antara pemerintah kerajaan Yordania dengan Israel. Dengan perjanjian itu Syeikh Yasin akhirnya dibebaskan dibayar dengan menyerahkan dua antek-antek Yahudi yang ditahan di Yordania, setelah mencoba membunuh kepala biro politik Hamas, Khaled Mish'al. Puluhan ribu warga Palestina sedang menanti kedatangan tokoh pujaannya yang akan segera tiba di Gaza.

Setelah bebas, Syeikh Yasin melakukan kunjungan ke beberapa negara Arab untuk berobat. Selama kunjungan ini, beliau disambut hangat oleh sejumlah pemimpin Arab dan Islam, para pimpinan rakyat dan asosiasi. Di antara negara yang dikunjungi Syeikh Yasin adalah Arab Saudi, Iran, Suriah dan Uni Emirat Arab.

Kemudian Syeikh Yasin kembali memulihkan bangunan struktur Hamas setelah diobrak-abrik oleh pihak keamanan Otoritas Palestina. Selama beberapa waktu hubungan antara Syeikh Yasin dengan Otoritas mengalami kerenggangan, bahkan sesekali Otoritas memberlakukan hukuman tahanan rumah dan memutuskan hubungan komunikasi.

Amir Syuhada Tokoh Idola Intifadhah Al-Aqsha

Selama aksi Intifadhah Al-Aqsha yang meletus pada akhir September 2000, Hamas di bawah pimpinan Syeikh Yasin ikut secara aktif perjalanan perlawanan Palestina setelah strukturnya kembali ditata dan sayap militernya dibangun. Sampai-sampai pihak penjajah Israel menuduh Hamas di bawah pimpinannya sebagai penggerak perlawanan Palestina.

Dan sejak itu, pihak kolonial Israel terus memprovokasi negara-negara dunia untuk menjadikan Hamas sebagai gerakan teroris dan membekukan rekening. Baru-baru ini, ajakan itu disambut oleh Uni Eropa saat, di bawah tekanan penuh Israel dan AS, tepatnya tanggal 06/09/2003 Eropa memasukan Hamas bersama biro politiknya sebagai organisasi teroris.

Dan dikarenakan perbedaan antara Hamas dan Otoritas, membuat Otoritas banyak menekan Hamas. Dalam kaitannya ini, Otoritas Palestina sering, lebih dari satu kali, memberlakukan penahanan rumah terhadap diri Syeikh Yasin.

Beberapa kali pihak kolonial Israel berusaha membunuh Syeikh Yasin, salah satunya terjadi pada tanggal 06/09/2003 sebuah rudal dilepaskan pesawat tempur Israel ke rumah salah seorang tokoh Hamas, Ismail Hanea. Namun beliau selamat dalam aksi percobaan pembunuhan kali ini.

Tetes air mata terus berjatuhan di tanah Gaza atas kepergian Syeikh Ahmad Yasin, pendiri dan sekaligus pemimpin spiritual Hamas. Masjid-masjid Gaza mengumumkan kesyahidan orang yang pernah menjadi khatib, penceramah dan penggerak untuk jihad melawan Israel di masjid-masjid tersebut.

Pagi hari ini di kota Gaza, tidak seperti biasanya hari ini, Senin (22/03/2004) langit kota itu dipenuhi dengan kepulan asap hitam yang berasal dari api yang membakar mobil. Ribuan warga segera berhamburan, sambil tidak mempercayai berita yang mereka dengar (berita kesyahidan tokoh dua Intifadhah ini, demikian Hamas menyebutnya).

Mereka berkerumunan dan berdesak-desakan di depan lemari mayat di RS El-Shifa, Gaza menyaksikan Syeikh kebanggaannya tidur selamanya. Selamat tinggal wahai pejuang sejati! (AM Rais/ infopalestina/gus)

Leave a Reply

Bangun Opini untuk kemerdekaan Palestine

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2013 SSP (free palestine) - fajarullah - Powered by Blogger - Designed by Djogan -